Selasa, 28 Mei 2013

Puisi-Aku Ingin Mengirim Senja




Aku Ingin Mengirim Senja
Oleh : Muhammad Mubarok*

Setetes air mata.
Sehembus nafas.
Senja tertinggal.
Senja terpenggal.
Di pinggir kali Jeratun.

Siapa menjemput Senja?

Sebuah sampan mengejar  Senja.
Yang tak lagi berhenti.
Sampan menyimpan rindu.
Mendayu-dayu.
Sewarna jingga.
Warna langit yang kita punya.
Dimasa lalu.

Lalu dimana rindu kau simpan?

Ku selalu menantinya.
Saat senja berhias mendung.
Senja, telah kulukiskan.
Getaran nyawa yang berwarna jingga.
Disaat putaran roda menjelang tiba.

Aku ingin segera.
Mengirim senja ke Surga.
Sebelum jiwa lain menantinya.

Menawan Dibalik Senja

Kubiarkan diriku terus berjelaga.
Hingga renta ragaku kian terasa.
Mencoba menyibak tirai itu.

Sesayu apa Senja menutup mata?
Hingga lelah jiwaku makin mendera.
Hingga bosan lisanku makin bersua.

Mencoba mencari jawab.
Dari apa yang tak mampu kujawab.
Mencoba mencari celah.
Dari ruang yang tertutup rapat.
Mencoba memungut tawa.
Dari hujan tangis yang baru reda.

Hingga mampu kurasa.
Bahwa kali ini.
Senja teramat menawan di dada.
Saat langit sayup penuh keteduhan.
Sewaktu gerimis hati perlahan dapat terabaikan.





Menjelang Senja Tiba

Mampukah?
Jika senja telah tiba.
Yang kulakukan adalah mengingat_Mu.
Yang dulu menggantung harap tentang makna cinta untukku.

Kaulah senja itu.
Yang hadir kala cinta dibatas waktu.
Pesonamu menawan dalam kemilau menakjubkan.
Dan aku renta dalam penantianmu.

Kaulah senja itu.
Begitu hangat memeluk desiran jiwamu.
Tapi kau begitu angkuh meninggalkan bayangmu.
Kau bercinta dengan rembulan.
Kau tergelincir dalam rengkuhan dewa yang memperdayamu.
Kau tinggalkan bayangmu yang telah tertanam dalam benakku.

Kau tak lagi menepi dalam samudra jiwaku.
Kini senja telah tiba.
Dalam usia penantianku.
Kemilau senjamu tetap begitu bermakna.
Tapi kau telah menghapus cintaku.
Kala waktu berganti malam.

Dari Senja Untukku

Senja?
Kesucianmu seperti surga.
Aura terindah kian kau pancarkan.
Menawan.
Mensucikan ladang jiwaku.
Laksana putihnya rembulan.
Yang datang setiap malam.

Kekhawatiranku menjelma.
Saat datang hujan.
Tak menyuburkan keindahanmu.
Yang pernah terangkai begitu menyatu.

Ku tak tahu kenapa.
Kini cahayamu serak dan membangkai.
Karena puing-puing keangkuhanmu.
Benarkah kau melupankanku?

Bumi Mina Tani, Mei 2013
 * Adalah Mantan Ketua FLP Pati,
Mantan Pimred SKM TERMA STAI Pati.
Kini sebagai Ketua PC. IPNU Kabupaten Pati dan
Menejer El Madani Training Center Pati.
Pendiri Buletin TASBIH Jum’at Pati.
dimuat di Koran Jateng Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar